:::YAhYa AyYash,..bukan ahli Kimia biasa:::
Yahya Ayyasy dilahirkan pada tahun 1966.Beliau membesar di daerah Rafat yang terletak di antara kota Nablus dan Qolqoilah. Yahya Ayyasy memiliki sifat pendiam, jeli dan juaga cerdas, selain itu, beliau berasal dari keluarga yang taat beragama. Sejak umur enam tahun, ia sudah memulai tahfizh Al-qur’an. Pendidikan S1-nya diselesaikannya di Universitas Bir Zeit jurusan elektro. Yahya Ayyasy pun punya hobi. Hobi lainnya itu adalah mempelajari ilmu kimia. Hingga suatu saat nanti, hobinya ini sangat berguna bagi perjalanan jihadnya.
Sejak duduk di bangku kuliah, beliau telah tercatat sebagai kader pergerakan islam yang energik. Setelah menyelesaikan pendidikan, beliau mengajukan permintaan izin ke pemerintahan Israel untuk meneruskan study di Yordania. Namun, permohonan tersebut ditolak.
Kecemerlangan naluri jihad Ayyasy muncul sejak meletusnya gerakan intifadhah tahun 1987 dan puncak kecemerlangannya muncul pasca pembantaian yang dilakukan ekstrimis yahudi terhadap jamaah yang tengah solat Subuh di Masjidil Aqsa pada tahun 1994. Dalam perisrtiwa tersebut tercacat 80 syuhada. Semenjak kejadiian tersebut, gelora semangat jihadnya semakin memuncak dan bertekad untuk balas dendam.
Masih ingat hobi Ayyash? Ya.. hobinya mempelajari ilmu kimia sehingga ia mampu membuat bom syahid yang memiliki daya ledak yang dahsyat. Akibat dari kecerdasan dan kemahirannya dalm membuat bom, Ayyash pun dijadikan buruan Israel no 1. Akibat keahliannya tersebut, Yahya Ayyash mendapat gelar Al-Muhandis. Berbagai operasi pun digelar untuk menangkap Ayyash bahkan Israel tak ketinggalan memperingatkan warganya dan tertulis, “Kenali musuh anda no.1 Yahya Ayyash!” dan tak kalah hebatnya, perdana Menteri saat itu, PM Yitzak Rabin dalam pertemuan dengan ahli parlimen Israel- mengatakan, “Saya takut jika Ayyash sekarang ikut duduk diantara anggota parlimen. Ia benar-benar memiliki kemampuan luar biasa yang tidak dimiliki orang lain. Selama ia masih hidup maka akan menjadi bahaya besar bagi keamanan dan kestabilan Israel”.
Kelicinan dan kecerdikan Ayyash dalam bergerak menyulitkan baginya untuk ditangkap oleh agen Israel yaitu Mossad yang terkenal genius dalam melakukan opersi . Hampir empat tahun memburu seorang Ayyash, tapi tak ada hasilnya sedikit pun.
Setelah empat tahun Ayyash dalam menyebarkan bom syahid dan menghindari kejaran tentara-tentara Israel. Melalui kerabat dekat sang Muhandislah, Israel mulai mengesyaki posisi persembunyian Ayyash yang saat itu sedang bersembunyi di rumah Usamah Hamad. Pakcik Usamah Hamad yang bernama Kamal sering berkunjung ke rumah Usamah, padahal Kamal sendiri adalah salah satu agen Israel. Kamal meminjamkan Usamah sebuah telefon bimbit dengan maksud tuk berkomunikasi,….
Orang tua Ayyash memang terbiasa berkomunikasi dengan anaknya melalui telefon bimbit. Suatu hari Ayyash dan orang tuanya membuat kesepakatan untuk berbincangte menggunakan telefon rumah Usamah. Pada hari Jumat bulan Januari 1996, Kamal menelefon fon bimbit. Baru saja Ayyash mengangkat dan mengatakan, “Jangan pakai telefon ini…..!” tiba-tiba, telefon itu meledak keras sehingga menghancurkan tubuh Al-Muhandis dan menghantarkannya pada kematian yang paling mulia, yaitu kesyahidan yang selalu beliau impi-impikan.
Ternyata, dalam telefon tersebut telah dipasang bom seberat 50 gram oleh agen Israel dan diledakkan melalui remote control dari jarak jauh.Tubuh yang berselimutkan kafan itu diantarkan dengan air mata, keharuan, rasa bangga, kebahgiaan, semangat, rasa kehilangan, dan jua seruan-seruan takbir warga Paletina yang mengantarkan jenazahnya……
“Labbaika Allahumma labbaiik! Kulluna Shalahuddin!”“Khaibar-khaibar ya, yahud! Ja’isyu Muhammad saufa ya’uud!!!”“Labbaika Allahumma labbaiik! Kulluna Yahya Ayyash!”
Bagaikan aliran sungai yang tak berhenti mengalir, orang-orang yang mengantarkan jenazahnya dalam setiap lajur jalan bertambah pula orang-orang yang mengantarkan jasad kaku sang Muhandis…Jasad Ayyash pun digopong oleh lautan jiwa-jiwa Palestina yang mencintai dan menghormatinya, diantarkan oleh ribuan bahkan ratusan ribu warga Palestina. Wanita, pria, tua, muda, bahkan anak-anak kenil pun turut mengantarkan jenazahnya…. Anak-anak kecil itu memakai ikat kepala yang bertuliskan “Kami adalah Ayyash!” seakan mereka adalah yahya (yang hidup) dan ayyash (yang menghidupkan). Saat itu….. bumi Palestina pun mejadi saksi atas kesyahidan sang Muhandis.
Semoga Allah menempatkan maqam yang mulia untukmu ya.. Assyahid Yahya Ayyash…..allahu’alam
0 komentar:
Posting Komentar